Selamat datang di blog kami! Selamat menikmati aktivitas yang kami tuangkan dalam bentuk tulisan. Bila ada pertanyaan seputar aktivitas kami, silakan kirim ke alamat email kami: sekretkasihbangsa@gmail.com. Kunjungi pula situs kami di https://ykbs.or.id - Terima kasih...

Senin, 20 Februari 2017

MUJIJAT PENGGANDAAN ROTI (pelajaran berbagi)



Mujijat penggadaan roti dalam Injil Matius dan Markus terjadi dua kali. Pertama untuk 5000 orang yang kedua untuk 4000 orang. Lukas dan Yohanes hanya menulis sekali untuk 5000 orang lelaki belum termasuk perempuan dan anak-anak. Jumlah roti yang digandakan pun berbeda. Matius dan Markus menulis para murid mempunyai 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5000 orang. Sedang pada saat memberi makan 4000 orang ada murid yang mempunyai 7 roti dan beberapa ikan. Dalam Lukas murid-murid mempunyai tidak lebih 5 roti dan 2 ikan. Dalam Yohanes seorang anak kecil yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan.


Terlepas dari berbagai perbedaan yang perlu penelitian mendalam, tetapi hal yang saya rasa agak ganjil adalah reaksi orang atas mujijat ini. Tidak ada reaksi heboh dari orang banyak. Hanya dalam Injil Yohanes digambarkan reaksi orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah nabi yang akan datang lalu hendak mengangkatNya sebagai raja. Di Injil lain kejadian itu berlangsung begitu saja. Setelah memberi makan lalu Yesus menyingkir. Tidak ada reaksi dari orang-orang seperti dalam mujijat yang lain.

Mengapa orang-orang tampak adem ayem saja? Apakah mereka sudah sering melihat Yesus membuat mujijat sehingga tidak timbul rasa kagum lagi? Atau mereka sudah kekenyangan sehingga tidak peduli lagi dengan mujijat itu? Atau apakah mereka melihat bahwa mujijat itu adalah kewajiban Yesus untuk memberi mereka makan sehingga tidak perlu dikagumi? Ataukah mujijat itu hanyalah sebuah mujijat sederhana saja tidak seperti mujijat yang lain yang menimbulkan kekaguman?

Ada teolog pembebasan yang menafsirkan bahwa itu bukan mujijat tetapi pengajaran Yesus kepada para pengikutNya. Albert Nolan dalam buku Yesus sebelum agama Kristen juga melihat bahwa itu bukan mujijat seperti mujijat yang lain. Mari kita melihat kronologi peristiwa itu. Pertama Yesus melihat ada banyak orang yang mengikutiNya padahal hari sudah malam. Mereka kelelahan dan jauh dari kampung. Yesus merasa berbelas kasih pada mereka. Dia lalu meminta para rasulnya agar memberi mereka makan. Tetapi para rasul tidak memiliki atau hanya memiliki beberapa potong roti yang jelas tidak cukup. Yesus lalu menyuruh semua orang duduk berkelompok. Yesus mengucapkan syukur dan memecah roti yang ada padaNya lalu meminta para murid untuk membagikannya. Setelah semua orang puas makan maka para rasul diminta untuk mengumpulkan sisa roti yang tidak termakan. Ternyata terkumpul 12 bakul.

Ada kemungkinan Yesus memberi teladan berbagi. Yesus mungkin tahu bahwa semua orang membawa roti. Tetapi rasa kekuatiran dan egois membuat mereka menyimpan rotinya masing-masing. Mereka berpikir bahwa bila berbagi maka tidak akan cukup bahkan mungkin besok mereka akan kelaparan. Ketika mereka melihat Yesus memecah dan membagikan rotiNya, maka mereka dalam kelompoknya masing-masing turut mengeluarkan rotinya lalu dibagi pada sesamanya. Oleh karena semua orang membawa roti maka mereka dapat makan kenyang bahkan masih ada sisa.

Yesus memberi teladan untuk berbagi apa yang dimiliki. Melihat pemimpinnya berani berbagi mendorong semua orang turut berbagi. Keberanian berbagi adalah sebuah mujijat besar. Yesus mengajarkan agar orang tidak perlu kuatir dengan hidup mereka sendiri (Mat 6:25-32). Orang enggan berbagi sebab dia kuatir akan hari esok. Sebetulnya semua orang punya, tetapi karena ada rasa kuatir apa yang dimilikinya akan habis atau berkurang maka orang enggan berbagi. Orang enggan berbagi sebab kuatir akan dirinya sendiri dan terlalu memikirkan dirinya sendiri.

Kerajaan Allah dapat terwujud bila orang rela berbagi. Bahkan Yesus mengajarkan agar berbagi dengan orang yang tidak dapat membalas kita. Mungkin juga dapat mengacu pada ajaran Yesus dalam Matius 6 jika kita berbuat baik hanya untuk mendapat balasan maka apa bedanya kita dengan orang Farisi dan munafik? Berbagi sepertinya hal yang mudah, tetapi nilai dunia mengajarkan lain. Bahkan ada gurauan kalau tidak pelit maka tidak kaya. Orang cenderung bersikap seperti bubu ikan, dimuka lebar dan dibelakang sempit. Berusaha menampung semua yang masuk sebanyak mungkin, tetapi bila sudah masuk maka sulit keluar lagi. Orang hanya ingin mendapat mujijat dari Yesus tetapi Yesus mengajarkan agar berbagi.

Pada saat Natal ini ada seorang romo mengirimkan gambar karikatur kurasa karikatur romo Koko yang ada di mingguan Hidup. Dalam karikatur itu dituliskan anggaran perayaan Natal. Mulai dari hiasan gereja sampai makan panitia Natal. Semuanya dalam jutaan. Hal itu memang biasa di kota-kota besar. Padahal ada banyak orang miskin di sekitarnya. Selain itu masih banyak umat Katolik yang tidak mampu merayakan Natal. Gereja-gereja di pedalaman kesulitan keuangan. Para imam di pedalaman hidup ala kadarnya. Bahkan ada imam sampai menjadi pemulung. Mengapa tidak membagikan apa yang dihamburkan pada pesta Natal yang hanya semalam itu untuk gereja-gereja yang lain? Mengapa tidak mau berbagi? Padahal pada umumnya kotbah misa Natal mengenai kesederhanaan dan solidaritas. Lalu?????

Saat ini masih dibutuhkan mujijat penggandaan roti. Bukan berharap dari Yesus yang menggandakan apa yang kita miliki, melainkan semangat untuk berbagi. Daripada uang disembunyikan mengapa tidak dikeluarkan untuk berbagi dengan sesama? Mengapa kita kuatir akan kehabisan yang kita miliki? Mengapa kita masih menggunakan sikap seperti bubu? Allah telah memberi banyak berkat kepada kita, tetapi sering kita merasa miskin dan berkekurangan sehingga tidak mau berbagi, sebab kuatir kita akan kekurangan. Padahal jika berani berbagi maka semua orang akan kenyang dan masih ada sisa yang cukup banyak.

Oleh. Rm. Yohanes Gani CM
Dimuat dalam buletin Fides et Actio edisi No.79, Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar