Pagi
hari ini sanggar dipenuhi oleh anak-anak dampingan kami. Mereka sudah berkumpul
sejak pukul 08.00. Agenda hari ini adalah penentuan kelompok minat dan bakat
untuk persiapan acara launching
yayasan yang menaungi sanggar pada bulan Juni nanti, serta pembagian susu sapi
murni dan pembagian pakaian bekas layak pakai sumbangan dari sebuah komunitas
pemelihara hamster.
Sambil menunggu
para donatur yang akan membagikan susu dan pakaian yang tak kunjung datang,
akhirnya anak-anak kami ajak untuk latihan menari, berdiskusi tentang rencana
pembuatan kerajinan tangan, serta mewarnai gambar. Meski menunggu sejak pagi di
cuaca yang cukup terik, wajah-wajah mereka tetap ceria. Semangat dan energi
seakan-akan tak pernah surut dari mereka. Saling bercanda, berkejaran, maupun
mengganggu teman yang lain di sela-sela kegiatan yang ada.
Tepat pada tengah
hari, akhirnya beberapa kawan dari komunitas pemelihara hamster yang akan
menyumbangkan pakaian pun datang.
Beberapa wajah dari mereka sudah tidak asing lagi bagi anak-anak karena
mereka pernah datang ke sanggar sebelumnya sambil membawa beberapa ekor hamster
untuk dipelihara oleh anak-anak di sanggar. Sembari menunggu anak-anak SMP
memilah-milah pakaian berdasarkan ukuran badan anak-anak yang ada, maka
anak-anak pun dikelompokkan per kelas.
Setelah proses
pemilahan selesai, kami pun membagikan baju-baju tersebut. Suasana pun menjadi
riuh. Anak-anak begitu bersemangat menerima baju yang dibagikan dan beberapa
nampak saling berebut. Mereka nampak senang sekali dan beberapa nampak
mengagumi baju yang mereka terima. Masih terngiang dengan jelas di telingaku
komentar dari Temon, seorang bocah kecil yang selalu meramaikan sanggar kami.
Saat menerima baju jatahnya, dia berkata, “sangar
kon...” Padahal baju yang ia terima bukanlah baju baru melainkan baju bekas
pakai yang warnanya sudah mulai pudar dan mangkak
dengan beberapa lubang kecil bekas dimakan ngengat. Beberapa anak, termasuk
Temon, langsung memakai baju-baju itu diatas baju yang sudah mereka pakai dari
rumah.
Melihat
pemandangan didepan mataku itu, hatiku terasa miris. Saat aku menuliskan
pengalaman ini pun, air mata tak terasa menggenangi bola mataku.
Sore harinya,
Temon dan Dicky datang lagi ke sanggar sambil memakai baju yang mereka terima
tadi siang. Saking gembiranya memperoleh baju baru yang tidak baru itu, mereka
segera memakai baju-baju itu tanpa mencucinya terlebih dahulu.
Anak-anak
dampingan kami begitu gembiranya dan bersyukur menerima pakaian bekas pakai
itu. Padahal aku sama sekali tidak berminat untuk mengambil satu helai pun dari
baju-baju itu meski ada ukuran yang muat untuk tubuhku.
Melihat kenyataan
yang aku dapati di sanggar siang ini, membuat aku merenung. Aku pun langsung
teringat pada seorang temanku yang hobby
banget membeli baju baru. Setiap kali
ada model baru, dia tak pernah ketinggalan untuk membeli. Setiap bulan ia
selalu membeli baju baru meski baju-baju koleksinya masih bagus. Saking
seringnya membeli baju baru, baju-baju pembeliannya hanya terpakai beberapa
kali saja dan akhirnya mangkrak dan
menumpuk, tak terpakai lagi didalam lemari. Sangat bertolak belakang dengan
keadaan anak-anak di sanggar kami.
Ya...seringkali
kita, termasuk aku, belum bisa membelanjakan uang dengan bijak. Belum bisa
membedakan antara kebutuhan dan keinginan sesaat. Berapa banyak uang yang kita
hambur-hamburkan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak penting?
Banyak barang yang kita beli hanya karena menuruti hawa nafsu, hanya demi
penampilan, hanya untuk gaya-gayaan, hanya
untuk prestise, hanya untuk perang mode, hanya agar tidak dikatakan ketinggalan
jaman?
Lalu bagaimana
dengan sesama kita yang tidak mampu? Jangankan untuk membeli barang-barang yang
mewah dan ngetrend, untuk mencukupi
kebutuhan primer saja seringkali mereka kesulitan. Seperti halnya anak-anak di
sanggar kami. Menerima baju bekas pakai saja mereka sudah sangat gembira dan
bersyukur. Lalu mengapa kita seringkali kurang bersyukur dan selalu merasa
kurang dan tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki?
Seandainya uang
yang dipakai untuk membeli barang-barang mewah dan ngetrend itu dipakai untuk membantu sesama yang miskin dan
menderita, tentunya uang tersebut akan jauh lebih mempunyai nilai, bukan
sekedar rupiah saja. Seandainya...
**Surabaya, 15
April 2012**
Lea Benedikta Luciele
Dimuat dalam
buletin Fides et Actio edisi April No. 46 Thn 2014
Kalo mau nyumbang baju bekas bisa kah?kontak yg bisa di hub mana ya?
BalasHapusSelamat siang mbak/mas Wienar Octania,
HapusTerima kasih sudah menghubungi kami.
Mohon maaf untuk sementara kami tidak menerima dulu sumbangan pakaian karena keterbatasan tempat. Bila nanti kami membutuhkan, kami akan kontak mbak/mas Wienar kembali. Terima kasih.